Benar gak sih mereka perlu berlatih?
Biasanya pertanyaan ini muncul karena orientasi kita ( masih ) terhadap teknik dan bagaimana memperoleh teknik tsb. Tentunya bagi kita yang masih dalam tahap berkembang dan belajar drum, masih banyak teknik-teknik yang perlu di pelajari. Kita pun masih terus mencoba berbagai hal yang baru sesuai dengan kemajuan musik saat ini.
Sedangkan mereka ( drummer-drummer kawakan ). Mereka sudah sedemikian hebatnya bermain musik saat mereka masih sangat-sangat muda, dan kita, jangankan mengetahui alat musik tsb, lahir saja belum.
Baru-baru ini saya menonton sebuah video musik dari awal tahun 80'-an. Salah-satunya Bill Beuford. Musik yang dimainkan sungguh tidak kalah rumit dengan frase-frase out-set permainan musik saat ini. Penggunaan teknik-teknik dan chop-chop elektrik tecno yang begitu moderen, sehingga seolah-olah melihat musik saat ini berjalan kembali ke masa lalu.
Memang masih banyak kekurangannya jika dibandingkan dengan musik saat ini. Misalnya secara teknologi, sampling sound yang masih terbatas (walopun perdebatan antara sampling analog dengan digital belym berkesudahaan). Namun fokusnya pada pendayagunaan teknik yang ternyata tidak kalah dengan musik saat ini. Ini menunjukan teknik mereka saat itu, mungkin tidak berlebihan dibilang sejajar atau malah jauh diatas kita saat ini. Jadi apakah mereka masih terus berlatih sampai sekarang?
Sekarang kita tengok musisi dalam negri kita sendiri. Seorang Sendy Luntungan atau Inank Noorsaid, sebelum musik tanah air menggeliat seperti pada pertenghan 90'-an, sudah menjadi sosok musisi muda (walopun mereka bukan dari generasi yg benanr-benar sejajar) yang sangat di perhitungkan. Malah dari penuturan mas Inank saat pertama kali pulang ke Indonesia, musik Indonesia masih jauh tertinggal dengan musik di Eropa. Itu membuat permainan dia sulit diterima, sehingga untuk bisa eksis dalam dunia musik di Indonesia, beliau perlu menurunkan standar teknik permainan. Hal yang tidak jauh berbeda pula dialami oleh om Cendy. Coba tengok permainan beliau yang begitu luar biasa dalam album JavaJazz 'Bulan di Asia1' dan 'Bulan di Asia2'. Permainan para musisi yang terlibat dalam album tsb sungguh-sungguh dapat dsejajarkan dengan permainan kawakan dari musisi jazz luar.
Jadi setelah sedikit penjabaran yang menggambarkan begitu skill full-nya para musisi pro tsb (dengan kengerian yg mereka ciptakan dari teknik mereka), apakah mereka masih memerlukan latihan?
Musisi yang baik tetap dan terus berlatih. Bahkan sesudah menginjak usia yang begitu rapuh seperti Loui Bellson, mereka masih tetap berlatih.
Bagi musisi yang memiliki permainan tingkat tinggi, latihan setiap hari bukan merupakan ajang pencapaian sebuah teknik semata atau membuat mereka semakin mahir (karena tentunya mereka sudah sangat mahir). Mereka berlatih setiap hari untuk terus mengembangkan diri, dan inilah alasan utama mereka berlatih.
Mungkin teknik mereka masih kalah dengan musisi si anu, atau permainan mereka tidak secepat musisi si anu, namun seperti yang saya singgung di post sebelumnya, musik bukan sekumpulan teknik, namun lebih sebagai sebuah penyampaian pesan dari musisi itu sendiri. Pada tahap ini teknik 'hanya' digunakan sebagai alat menolong yang membantu musisi tsb untuk menyampaikan pesan.
Bagi musisi seperti ini, latihan lebih sebagai meningkatkan potensi diri, karena bisa saja teknik menjadi kendala saat usia tidak memungkinkan, namun mereka tetap berlatih agar jiwa mereka tetap hidup, potensi diri mereka terus berkembang.
Saat mereka bermain dalam sebuah event musik, atau konser, itu adalah hasil penelusuran atas potensi diri mereka yang tersembunyi. Mereka punya bakat, ya. Tapi mereka perlu bekerja keras untuk memunculkannya ke permukaan. Dan untuk itulah mereka berlatih keras.
Jadi jawabannya mereka masih terus berlatih sampai sekarang kawan. Bagaimana dengan anda?
_____________
This mail sent by Sony M600i
0 comments:
Posting Komentar