Senin, 14 Januari 2008

Tahapan Bermain Musik (baca: Drum.red)

Drum. Bagi saya ini alat musik 'terindah' dan 'termudah' yg pernah tercipta. Sungguhkah indah? Itu tergantung siapa yg mendengarkan hehe. tapi sungguhkah mudah? Hm sampai pada tahap tertentu, bermain drum itu mudah. Namun kenapa kebanyakan orang, khususnya malah para musisi instrumen lain (beberapa pemain drum itu sendiri) meng-uderestimat-kan alat musik ini. Banyak dari mereka berpikir ini instrumen pelengkap atau pengiring yg siapa saja bisa memainkannya. Mungkin benar siapa saja bisa memukul drum, tapi tidak semua orang bisa memainkannya.

Sebelumnya mari kita cek dulu sebentar tahapan dalam bermain musik (khususnya drum dalam topik ini). Saya membagi dalam tiga tingkat atau tahapan bermain drum. Tahap pertama adalah Memukul Drum. "Doni, pukul drum itu!". Ya siapapun bisa memukul drum, wong hanya mukul, apa susahnya. Pada tahap ini tidak ada seorangpun yg suka mendengarkan drum -- kecuali orang tua yg melihat anaknya memukul drum tsb dan menganggap anaknya punya bakat main drum. Salah-satu orang tua murid yg anaknya berusia 4-6th,

"mas, ini anak saya mau belajar drum"
"Ow iya. Anaknya sudah pernah belajar drum?"
"Belum mas. Cuma saya lihat anaknya saya punya bakat main drum. Tiap hari selalu mukul-mukul meja kalo dengar musik (untung gak mukul-mukul ibunya). Sebenarnya anaknya sudah minta drum ke bapaknya, cuma bapaknya bilang les aja dulu. Ya biar deh dia les dulu, kan kalo anaknya sudah mau kita orang tua susah larangnya mas".
Saya cuma ber-'oow...' dengan panjangnya, dan ini tandanya awal dari bencana. "Ok, dicoba dulu ya bu".

Beberapa minggu berikutnya,
"Maaf bu, saya tidak bisa ngajarin anak ibu", kata saya dengan berat hati.
"Loh memang kenapa mas?"
"iya, sepertinya anak ibu lebih senang mukul-mukul meja dari pada main drum. Tidak ada satupun yg di perhatikan. Semua tom, hihat, dan snare di pukul-pukul seperti meja"


Banyak dari orang tua beranggapan kalo anaknya suka mukul-mukul meja (atau benda lainnya yg bias dipukul) saat muncul video-clip lagu di TV, berarti anaknya 'berbakat' bermain drum -- mungkin berbakat meukul-mukul drum, tapi bukan bermain drum. Secara psikologis, anak seusia ini memang senang membunyikan (termasuk memukul) sesuatu. Pada usia seperti ini daya rangsang terhadap bunyi-bunyian mulai berkembang. Anak ibu senang mukul meja karena gak ada piano dirumah ibu. Coba deh kalo ada piano, pasti piano yg dipukul.

Pesan bagi para orang tua yg anaknya senang mukul-mukul, percayalah, itu bukan karena anak anda berbakat.


Sekian OOT-nya bagi para orangtua. Tahap kedua adalah Bermain Drum. Pada tahap ini
semakin terseleksi orang-orang yg bisa melakukannya. Kenapa? Karena pada tahap ini diperlukannya sebuah pengenalan yg lebih dalam untuk bermain drum. Tahap ini membutuhkan pembelajaran teknik teknik-teknik dasar sampai lanjutan (mungkin atas) dari bermain drum. Pada tahap ini kita belajar mengenal alat ini, mengenal jenis pukulan. Tahu dari yg namanya paradidle sampai ostinato.

Pada tahap ini yg menjadi pembatas dengan tahapan berikutnya begitu tipis. Mungkin permainan yg dihasilkan terdengar sama namun sumbernya dari tingkatan yg berbeda. Tahap ketiga adalah Bermain Musik. Lantas apa bedanya dengan bermain drum? Bukannya kita bermain drum juga untuk bermain musik?

Pada tahap bermain musik, pikiran kita tidak dibatas pada taknik semata. Masih bingung? Pernah gak pada saat kita mengiringi musik, dan pada saat perpindahan, kita mikirn fillin-nya mau bagaimana? Ya memang gak mutlak, tapi ini barometer untuk melihat perbedaan tsb. Dulu saya sendiri seperti ini. Saat bermain sibuk mikir beat yg bagus, fillin yg bagus (tepatnya yg 'wah'/cool) dan teknik apa yg digunakan, tanpa memikirkan musisi lain, dan apa lagi musiknya itu sendiri.

Roy Burns pernah bertutur kali pertama dia live recording trio. Sebelum memulai sesi rekaman, dia bertanya kepada pemimpin bandnya, " kamu ingin saya bermain apa untuk rekaman ini?". Pemimpin band tsb memandang Roy dengan heran, lalu berkata, "mainkan saja sesuai musiknya Roy".

Tidak salah memikirkan teknik, namun jangan berfokus pada teknik saat kita bermain musik. Kita bermain musik, jadi fokuskan pada musiknya. Kalo kita bermain teknik, atau bermain kelereng, baru fokuskan pada teknik atau kelerengnya. Teknik sumpama kata-kata dalam sebait kalimat musik. Jika kita berfokus pada kata-kata, dan bukan kepada kalimatnya (seperti orang yg baru belajar bahasa inggris), maka kata-kata tsb -- jadi sih sebuah kalimat, namun tidak ada pesan yg dikandungnya, atau malah keliru.

Musisi yg baik harus memiliki pesan dalam permainan musiknya, sehingga musik yg ia mainkan memiliki makna untuk para pendengarnya.

Musisi sekaliber Dave Weckl, Vinnie Coulaiuta, Steve Gadd, selalu berfokus pada musiknya, bukan pada teknik drum mereka, sehingga musik mereka memiliki pesan untuk disampaikan kepada para pendengarnya.

Pesan moralnya, anda perlu teknik untuk memainkan sebuah alat, namun anda perlu makna untuk sebuah musik.

1 comments:

fajargoth mengatakan...

salam kenal....
artikelnya menarik sekali, jadi pengen bejalar nulis nih ane, biar bisa kaya agan, hebat gitu :)

di tunggu kunjungan baliknya ke http://hiphopindo.net/news ya agan :)